Sridewi Angkat

Sri Dewi Angkat Pegawai Kemenag Dairi ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MELAWAN TANTANGAN

Satu demi satu saya baca komentar para sahabat terhadap postinganku. Semua mengatakan "maju bu. Ibu bisa" Saya pun jadi semakin semangat, namun, ide untuk menulis belum juga muncul.

Suasana agak sepi. Para Asn sedang berada di ruangan masin-masing untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Aku meatap langit yang mensung. Tadi memang, sempat ada gerimis tapi hanya sesaat.

Aku menatap rumah yang ada di depan ruangan kami, ruang pengawas Pendidikan agama Islam. Rumah yang agak besar itu dengan cat warna hijau muda yang lembut, sedang tertutup pintunya. Rumah itu seharusnya ditempati oleh Kepala Kantor. Tapi karena Kepala Kantor sudah punya rumah pribadi, akhirnya rumah dinas itu ditempati dan dirawat oleh Satpan Kantor.

Saya punya kenangan di rumah itu. Sepuluh tahun lalu, rumah itu didiami oleh Kepala Kantor yang kebetulan masih ada hubungan saudara dan merupakan teman baik saya karena sebelum menjadi Kepala Kantor, beliau menjabat sebagai Kepala Madrasah tempat saya bertugas sebagai guru.

Kami sangat akrab. Demikian juga dengan keluarga beliau. Saat beliau diangkat menjadi Kepala kantor, saya pun mendapat kebahagian pula. Saya bebas masuk ke rumah Dinas tersrbut.

Namun sayang seribu sayang. Hanya satu tahun beliau menjabatKepala Kantor, beliau telah dipanggil sang Pencipta . Tak terlukiskan betapa sedihnya saya saat itu. Saya kehilangan orang yang sangat baik dan sangat saya kagumi. Beliau pembimbing saya. Dan yang paling berkesan, saya dan beliau memiliki tanggal dan bulan lahir yang sama. Kemudian, Kepala Kantor yang baru pun dilantik dan masih ada hubungan kekeluargaan dengan Kepala kantor tesebut dan sayapun tetap bebas memasuki rumah tersebut hingga saat ini.

Tok,

Saya terkejut ketika seseorang masuk ke ruangan saya dan memukul meja yang berlapis kaca.

Aku mengalihkan pandangan dari gawai kepada orang yang datang.

"Eh, Bapak" ucapku sambil berdiri ketika melihat Kepala kantor yang datang.

"Asyik kali ibu. Dari tadi saya berdiri si sini ibu tak peduli " tegur beliau.

Saya terdiam

"Sedang mengerjakan apa ibu?"tanya beliau.

"Ingin ikut tantangan Pak. Tapi saya belum dapat ide eh, maaf pak" aku tergagap karena keceplosan. Kuperhatikan Bapak Kepala menatapku heran. Asaya jadi malu dan grogi. Keringat dingin mulai muncul bahkan telah membasahi baju dalamku.

Tanpa kata, beliau pun pergi meninggalkan saya yang seperti orang linglung.

Oh..

Alangkah beratnya melawan tantangan ini. Semoda saya tak galau.

#MENGIKUTI TANTANGAN

TULISAN PERTAMA DIHARI PERTAMA

Sidikalang , 14 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yg bagus Bunda.. Sy follow ya.. Salam kenal tuk follow baliknya...

15 Jul
Balas

Iya bu Dwi Sutrisniwati.Terima kasih ya bu

16 Jul

Luar biasa ceritanya, asyik banget menulisnya ya bunda...sampai tidak mengetahui ada yang datang...hehehehehe..semangat terus, terus semangat...barakallah

15 Jul
Balas

Waw.. keren sekali.. ceritanya mengalir deras seperti air...enak dibaca dan menarik bun... sukses selalu bun..

15 Jul
Balas



search

New Post